Nostalgia Street Style: 2017 vs. 2023

Street style selalu menjadi cerminan dari budaya, tren, dan perubahan sosial di berbagai era. Dalam enam tahun terakhir, gaya jalanan telah mengalami transformasi besar, dari era minimalis yang penuh hype di 2017 hingga tampilan lebih ekspresif dan beragam di 2023. Mari kita melihat kembali perbedaan antara street style di dua tahun ini dan bagaimana perkembangan fashion membentuk identitas generasi.

1. Siluet dan Proporsi: Oversized vs. Tailored

Pada tahun 2017, street style didominasi oleh pakaian oversized, baik itu hoodie, jaket bomber, maupun celana baggy. Merek seperti Vetements, Yeezy, dan Balenciaga menjadi pelopor tren ini dengan siluet yang longgar dan nyaman. Gaya ini banyak dipengaruhi oleh hip-hop dan skate culture yang berkembang pesat saat itu.

Sebaliknya, tahun 2023 menunjukkan perubahan ke arah tampilan yang lebih tailored dan structured. Meski oversized masih ada, banyak fashion enthusiast mulai mengadopsi gaya lebih rapi dengan sentuhan personal. Celana wide-leg tetap populer, tetapi dipadukan dengan blazer atau atasan fitted untuk menciptakan keseimbangan antara nyaman dan elegan.

2. Warna dan Motif: Monokrom vs. Eksploratif

Di 2017, warna-warna netral seperti hitam, putih, abu-abu, dan earth tones mendominasi streetwear. Monokrom menjadi pilihan utama dengan fokus pada layering dan tekstur. Banyak orang memilih tampilan serba hitam dengan aksen minimalis sebagai bagian dari estetika “high fashion streetwear.”

Namun, 2023 membawa perubahan dengan eksplorasi warna yang lebih berani. Tren dopamine dressing mendorong penggunaan warna-warna cerah seperti neon, pastel, hingga pola psychedelic. Para fashionista semakin percaya diri dalam bereksperimen dengan kombinasi yang lebih berani, seperti memadukan warna-warna yang kontras untuk tampilan yang lebih ekspresif.

3. Merek dan Pengaruh: High Fashion Collabs vs. Indie & Sustainable Brands

Tahun 2017 adalah era keemasan kolaborasi antara high fashion dan streetwear. Louis Vuitton x Supreme, Nike x Off-White, hingga Adidas x Yeezy adalah beberapa contoh ikon fashion yang menjadi hype. Merek-merek besar mendominasi, dan logo-logo mencolok menjadi kebanggaan tersendiri.

Sebaliknya, pada 2023, kesadaran terhadap keberlanjutan dan originalitas meningkat. Banyak orang mulai meninggalkan hype brand besar dan beralih ke merek lokal, thrifted fashion, atau sustainable fashion. Gaya personal lebih dihargai dibandingkan sekadar mengikuti hype, dengan banyaknya fashion enthusiast yang menggabungkan barang vintage dengan item baru untuk menciptakan tampilan unik.

4. Sepatu: Chunky Sneakers vs. Retro & Loafers

Di 2017, chunky sneakers seperti Balenciaga Triple S dan Yeezy 700 menjadi primadona. Tren ini menggambarkan estetika “ugly fashion” yang mengedepankan bentuk besar dan futuristik. Sneakers masih menjadi pusat perhatian dalam street style, dengan banyak orang memilih desain yang bold dan mencolok.

Sementara itu, di 2023, tren sepatu lebih bervariasi. Selain sneakers retro seperti Adidas Samba dan New Balance 550 yang kembali populer, loafers dan sepatu oxford juga mulai masuk ke ranah street style. Banyak orang memilih alas kaki yang lebih klasik untuk memberikan tampilan yang lebih sophisticated tetapi tetap nyaman.

5. Aksesori: Mini Bags vs. Statement Pieces

Di 2017, aksesori lebih minimalis, dengan tren seperti mini bags dari Jacquemus atau waist bag ala Supreme yang menjadi favorit. Kacamata kecil bergaya 90-an dan topi dad cap juga sering terlihat dalam berbagai gaya streetwear saat itu.

Pada 2023, aksesori menjadi lebih besar dan berani. Oversized tote bags, perhiasan chunky, serta sabuk besar menjadi elemen penting dalam menyempurnakan tampilan street style. Kacamata berbentuk unik dan aksesori berbahan sustainable seperti handcrafted jewelry juga semakin populer.

Kesimpulan

Perubahan street style dari 2017 ke 2023 menunjukkan pergeseran dari tampilan minimalis dan hype-driven ke ekspresi yang lebih bebas dan beragam. Jika di 2017 fashion lebih berfokus pada brand dan siluet oversized, maka di 2023 individualitas, keberlanjutan, dan eksplorasi warna lebih diutamakan. Dengan semakin berkembangnya fashion, siapa yang tahu bagaimana street style akan berubah dalam beberapa tahun ke depan?

Referensi:

  • Kawamura, Y. (2018). Fashion-ology: An Introduction to Fashion Studies.
  • Steele, V. (2021). The Berg Companion to Fashion.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *